Minggu, 21 Februari 2010
Mahasiswa itu katanya kaum intelektual, tapi kok ada saja yang masih kayak anak SD. Ada masalah dikit, tonjok-tonjokkan, bahkan tawuran. Duh ada-ada saja.

Kejadian ini nyata terjadi di sekitar saya. Hanya gara-gara diberi tahu agar membayar hutang, eh si orang yang memberi tahu (bukan tahu tempe) malah ditiban pake buku. Hadoh, inikah yang namanya MAHASISWI??. Terus gara-gara ada seorang yang menyebalkan, eh dikeroyok rame-rame, digaplokin, helmnya dicemplungin ke sawah. Haha aya-aya wae euy.. Piraku mahasiswa kalakuan jiga budak SD!!.

Mendengar kejadian itu awalnya saya tertawa, lalu tersenyum, dan berpikir, pantaskah kita sebagai KAUM INTELEKTUAL melakukan tindakan sekonyol itu?. Oke, mungkin kita punya tingkat emosi yang tinggi, tapi kenapa tidak berusaha mengendalikan? . Kenapa tidak diskusi, omongin masalah baik-baik. Atau kalau sudah benar-benar kesal, lebih baik diam sejenak dan berpikir apa yang sebaiknya kita lakukan. Saya juga orang yang emosional, tapi saya tidak pernah dan jangan sampai saya terlibat tonjok-tonjokkan.

Kita mahasiswa dikuliahkan bukan untuk adu otot, tapi adu otak. Sudah selayaknya seorang mahasiswa bisa berpikir dewasa dan bijak demi masa depan dan dirinya sendiri.

Waspada Bahaya Facebook!!

Facebook tampaknya telah menjadi fenomena di dunia ini. Semua orang seakan telah mengenal situs jejaring sosial tersebut. Situs ini diluncurkan pada tanggal 4 februari 2004 oleh Mark Zuckerberg. Pada awalnya facebook hanya digunakan untuk kalangan siswa Harvard Collage. Tetapi seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya peminat, maka akhirnya situs ini dibuka untuk umum pada tahun 2006 dan berhasil menjadi fenomena. Indonesia sendiri termasuk negara yang demam facebook. Facebook mulai berkembang pesat di Indonesia sekitar tahun 2008 dengan pertumbuhan mencapai 645%. Penggunananya pun beragam, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Dan yang paling mendominasi adalah kaum remaja. Orang-orang menggunakan situs ini karena situs ini mempunyai banyak manfaat. Salah satunya kita dapat berkomunikasi lagi dengan teman-teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Tapi, ibarat pisau bermata dua, facebook juga mempunyai banyak dampak negatif yang membahayakan. Apalagi bagi remaja yang rentan terhadap tindakan kejahatan.

Sejak beberapa bulan yang lalu, facebook memang telah menjadi kontroversi. Bahkan MUI pun sempat memberi label haram pada facebook. Dan akhir-akhir ini facebook memang telah banyak memakan korban. Banyak sekali bahaya dari facebook, seperti kasus penculikan, wadah prostitusi online, membuat orang menjadi kecanduan, malas bekerja, dan tergantikannya interaksi sosial di kehidupan nyata.

Bahaya yang pertama adalah kasus penculikan. Contohnya seperti kejadian beberapa waktu yang lalu, yaitu penculikan Marieta. Marieta yang berusia 14 tahun berkenalan dengan Ari melalui facebook. Setelah berkenalan cukup lama, akhirnya merekapun berpacaran. Dan ternyata beberapa waktu kemudian Marieta menghilang. Setelah ditelusuri, ia diculik oleh Ari dan diperkosa. Walaupun Ari mengelak dan mengatakan pemerkosaan itu atas dasar suka sama suka, tapi tetap saja Ari harus dipenjara. Kasus seperti ini sangat ironis sekali. Saking terbuai oleh asmara,sampai-sampai nekat membawa lari anak orang. Akibatnya masa depan yang masih panjang harus dihabiskan sebagian di dalam penjara. Sudah seharusnya Facebookers mawas diri dan tidak mudah terpengaruh dengan orang yang baru dikenal apalagi dari dunia maya.

Kedua, facebook kerap dijadikan wadah transaksi prostitusi online. Biasanya sang mucikari memasang foto gadis dagangannya dan menawarkan gadis-gadis itu kepada pria hidung belang melalui fasilitas chatting di facebook. Kemudian pria hidung belang tersebut memilih gadis-gadis yang ada di dalam foto. Setelah terjadi kesepakatan antara pria hidung belang dan mucikari, si pria tinggal membuat janji dengan gadis tersebut dan terjadilah praktek prostitusi.

Ketiga, facebook membuat orang menjadi kecanduan, malas bekerja, dan tergantikannya interaksi sosial di kehidupan nyata. Orang yang mempunyai frekuensi tinggi dalam berselancar di facebook adalah orang yang telah kecanduan. Jika tidak membuka sebentar saja,orang itu merasa tidak tenang. Sifat kecanduan ini harus dihilangkan, karena menurut para psikolog, aktivitas berlebihan di internet, salah satunya terlalu sering dan lama berkutat di situs jejaring sosial merupakan tanda-tanda orang tersebut mengalami depresi. Tetapi belum diketahui apakah dunia maya yang membuat orang depresi atau orang depresi menghabiskan waktu di dunia maya. Lalu, facebook juga menyebabkan seseorang menjadi malas bekerja. Pernah ada seorang karyawan yang dipecat gara-gara ketahuan berfacebook ria pada jam kerja. Tak hanya karyawan, pelajarpun menjadi malas belajar. Mereka lebih memilih facebookan daripada mendengarkan guru atau dosen yang sedang menerangkan pelajaran. Selanjutnya, facebook menyebabkan orang lebih sering berinteraksi di dunia maya daripada dunia nyata. Mereka lebih senang ngobrol lewat chatting daripada bertemu langsung dengan lawan bicara. Padahal interaksi secara langsung di dunia nyata tidak bisa tergantikan oleh berbagai ekspresi di dunia maya, meskipun melalui video.

Sebenarnya, bahaya-bahaya tersebut dapat kita cegah asalkan kita menggunakan facebook dengan sewajarnya. Kita tidak perlu memasang foto-foto dengan pakaian yang terlalu terbuka. Hal seperti itu bukannya menambah relasi, tetapi membuka peluang bagi oknum-oknum yang ingin memanfaatkan kita. Mencari teman di facebook pun tidak usah terlalu banyak, yang penting kita mengenal orang tersebut. Banyak teman di facebook bukan jaminan kita pandai bersosialisasi karena teman kita tersebut banyak yang masih fiktif. Selain itu, orangtua pun mesti berperan dalam mengawasi anak-anaknya yang sedang berkutat dengan facebook dan situs lainnya. Memberi ajaran-ajaran agama dan pendidikan moral adalah suatu pondasi yang dapat ditanamkan orangtua kepada anak-anaknya. Anaknya sendiri juga harus waspada dan pandai menjaga diri agar tidak terjebak dalam jaring situs jejaring sosial.

Jadi,bahaya tidaknya facebook semua balik ke diri kita masing-masing. Bagaimana cara kita menyikapi dengan bijak penggunaan facebook. Sekali lagi, jika anda ingin jauh dari bahaya facebook, gunakanlah facebook sewajarnya dan seperlunya.