Kamis, 20 Agustus 2009

*Laspel Oh Laspel* (jogja and psc #10)

"hayu ikh kapan kita nonton Laspel (laskar pelangi)??", tanya Mbassiw yang mupeng banget nonton pelem penomenal entuh.

"ya hayu atuh, siapa yang mau ngantri beli tiketnya?", aku balik nanya.

"aku rela kok ngantri, asal ada yang nemenin", ucap Mbassiw.

"yaudah,aku temenin gimana? Tapi kita pakai motor aja biar cepat", tawar Ucil.

"hm,ok. Ayo sekarang aja", ajak Mbassiw lagi.

"ayo. uangnya kita talangin dulu aja ya", kata Ucil.

Ucil dan Mbassiw segera berangkat ke Ambarukmo Plaza tapi sial ternyata katanya disana sudah ramai banget, sampai parkiran segala antrinya. Akhirnya mereka pulang dengan tangan hampa.

Mbassiw yang amat sangat banget pisan pengen nonton tetap tidak pantang menyerah. Berkali-kali dia mencoba (kayak undian aja terus mencoba) akhirnya perjuangannya tidak sia-sia karena pada suatu hari ia dapatkan juga tiket itu.

Awalnya aku dan Kodel berniat tidak ikut, keuanganku benar-benar tipis lagipula aku lagi agak galaw karena masalah rumah tangga dengan Bang Toyib! Hahaha jijay!. Aku sendiri sebenarnya tidak tahu kapan Mbassiw dan Ucil beli tiket, karena pada saat itu aku sedang boboci (bobo ciang).

Bangun tidur aku mengunjungi kamarnya Ringring, seperti biasa selain untuk mengacak-acak kamarnya, akupun kesana untuk ngobrol. Tak lama kodel menyusul ke kamar Ringring. Agak lama kami ngobrol,tiba-tiba kegaduhan suara orang naik tangga muncul.

"hay semua! Lihat ini!", seru Mbassiw sangat girang.

"akhirnya kita dapet juga! Tapi yang jam setengah 10 malem,gak papa kan. Pokoknya tar malem kita nonton!", Ucil ikut heboh.

"aku ga ikut ya",ucapku. Sebenarnya mupeng juga,tapi suasana hati lagi kacau dan ga mood.

"lho kenapa ceu, ni udah pas 9 lho",tanya mbassiw.

"lagi boke,dudul!", jawabku sambil menutupi alasan sebenarnya.

"udah ga papa, buat kamu ama kodel dibeliin anak-anak kok. ikut ya. Please..", pinta Mbassiw memelas.

"gimana nanti ya", ucapku ga semangat. Padahal dalam hati seneng juga, gratisan getoh! Hahaha. Tapi apa daya lagi ga mood. Akupun keluar dari kamar indah dan masuk ke kamarku.

Merasa bersalah juga sih membuat mereka bingung, apalagi Mbassiw yang sampai nge-sms minta maaf padaku (tenang sist, km ga salah kok! Haha).

Sehabis magrib, Kodel, Donkdonk, Tante, Ringring, Mamih, Mbassiw ngumpul di kamarku. Mereka meminta aku untuk ikut. Mereka juga menghiburku yang lagi uring-uringan. Tante dan kodel menyalakan radio perjuanganku sambil mencari lagu yang enak. Karena gelombangnya rada-rada ga jelas,tante menaikkan antena radio,tapi ohlala...Tante gak tau kalau antena itu copot dan bolong sehingga ku colokkan paku di bolongan antena itu, pas si tante narik pakunya eh si paku malah lepas (bayangin sendiri ya,susah jelasinnya), spontan kami semua tertawa ngakak, si mamih sampai bilang bisa-bisa radionya gentayangan (yaelah dikata kunti buu), sedangkan Mbassiw,, ternyata dia asyik merekam dari sebelum kejadian (qo bisa pas ya mau ada kejadian ntu??).

"haha udah ah, siap-siap aja yuk",ajak tante.

"oiah,hayuk siap-siap. Ni ucil sms katanya udah pesen taksi,ntar dia ama Bobo perginya", kata kodel.

Sekitar pukul 8 kami semua sudah siap. Dua buah taksi siap mengangkut kami. Ucil diantar Bobo dan janjian ketemu di twenty one (21). Sesampai di Amplaz,kami tidak langsung ke 21 tapi ke Carrefour dulu beli cemilan. Sekitar pukul 9,baru kami ke 21. Buset penuh bo! . Kami semua menunggu Ucil sambil asyik mengobrol. Nah di sini ada sesuatu yang ga mesti aku sebutin nih demi kebaikan semuanya. Kawan PSC yang tau,diam saja ya. Hehe. Tidak lama Ucil pun datang dan kami semua langsung masuk studio karena kebetulan pintu udah dibuka dari beberapa menit yang lalu.

Jrenk jrenk,, pelem penomenal dimulai. Awal cerita kami tertawa, tengah cerita mulai deh termehek-mehek. Haha. Sungguh tersihir dengan film yang membangkitkan semangat itu. (ehm, jadi ga sabar nunggu Sang Pemimpi neh.Hehe).

Pukul setengah 12an (mungkin,lupa sayah jamnya) film berakhir. Banyak mata-mata sembab yang mulai berhamburan meninggalkan studio. Karena Amplaz sudah tutup,mau tidak mau kami turun pakai lift yang nantinya kami keluar lewat basement. Menuju lift yang penuh sesak, kami melihat mbak-mbak berbaju hijau lebih besar dari Oki Lukman memakai baju seksi dan hotpants menuju cafe yang menurut saya lebih pantas disebut diskotik yang ada di plaza itu. Bukannya terlihat seksi tapi terlihat seperti gumpalan-gumpalan lemak memakai baju (Hahahaha Astagfirullah, saya juga "semogh",jd ga boleh ngomong gitu ah. Hehe). Akhirnya kamipun turun dan memanggil taksi. Di taksi yang ku naiki,duduknya empet-empetan,maklum Ucil juga ikut pulang pakai taksi. Hoho.

Seneng dan capek juga malam itu. Tapi lagi-lagi inilah salah satu dari sekian banyak pengalamanku di Jogja. I miss u PSC !


(kalau anak-anak PSC baca ini, tar nonton Sang Pemimpi juga yuk!!)

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar